Minggu, 22 April 2012

Dokumentasi & Kertas Kerja Audit Internal

Auditor nternal mengamati banyak proses yang berhubungan dengan masalah atau kesalahan dalam data dan operasi sebagai bagian dari tinjauan internal audit. Namun, manajemen tidak akan sepenuhnya mengakui kekhawatiran dan temuan kecuali mereka didukung oleh dokumen pendukung yang kuat.
Dokumentasi yang efektif dari bukti audit adalah persyaratan keterampilan audit internal yang sangat penting. Ada dua dimensi untuk dokumentasi ini. Pertama, auditor internal seringkali dihadapkan pada berbagai informasi tentang bisnis dan operasional perusahaan di tempatnya. Dalam rangka untuk lebih memahami kekuatan dan kelemahan kontrol, auditor perlu memikirkan kegiatan-kegiatan dalam hal proses pendukungnya, yang mungkin sering tidak didokumentasikan secara memadai.

Audit internal memiliki suatu pelaporan keuangan dan persyaratan hukum untuk mempertahankan dokumentasi kertas kerja audit untuk jangka waktu sampai tujuh tahun atau lebih. Hal ini dapat menjadi tantangan, perubahan teknologi terkadang membuat akses catatan lama menjadi sulit, dan keterbatasan ruang fisik menjadi tantangan dalam melacak catatan lama. Bab ini diakhiri dengan diskusi dari catatan manajemen audit internal dan retensi praktik terbaik. Penggambaran, pendokumentasian, dan pemeliharaan catatan kegiatan audit internal, semua merupakan persyaratan CBOK audit internal.
download terjemahan Brinks modern internal ( BAB 16 ) disini
 

Kamis, 19 April 2012

Konstruksi Teori Akuntansi

A. TEORI PENGUKURAN
Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penyelidikan ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan data yang dihasilkannya lebih informative dan oleh karena itu menjadi lebih bermanfaat. Pengukuran dipakai dalam berbagai disiplin pengetahuan ataupun bidang pekerjaan dan profesi termasuk bidang akuntansi.
Sebagai penyedia informasi akuntansi memerlukan pengukuran karena data kuantitatif merupakan bagian dominan dari informasi akuntansi. Dalam beberapa kasus data kuantitatif mempunyai dampak yang lebih besar disbanding data kualitatif. Oleh karena pengukuran atribut yang disajikan dalam laporan akuntansi (misalnya aktiva, laba dan utang) merupakan fungsi penting dalam akuntansi di bagian ini dibahas mengenai konsep-konsep pengukuran.
Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan pengukur berupa unit moneter.Maksudnya agar pengukuran tersebut menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah prses penentuan jumlah rupiah suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik obyek tersebut di masa lalu, sekarang atau yang akan datang.
Dari uraian tersebut maka pengukuran berarti proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsure laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Di dalam akuntansi pembeedaan penerapan pengukuran dan penelitian umumnya dilakukan. Pengukuran biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat pada saat obyek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian biasanya digunakan untk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada tiap elemen atau pos laporan keuangan pada saat penyajian laporan keuangan. Jadi secara aplikatif dalam praktek pengukuran terjadi pada saat pencatatan (jurnal) sedang penilaian pada saat penyajian.
B. TIPE-TIPE PENGUKURAN
Terdapat beberapa jenis ukuran yang mungkin dalam akuntansi :
1. Ukuran-ukuran akuntansi dapat langsung maupun tidak langsung.
a. Ukuran langsung atau utama adalah ukuran nyata dari suatu obyek atau atribut yang ia miliki.
b. Ukuran tidak langsung atau sekunder diambil secara tidak langsung melalui suatu transformasi aljabar dari sejumlah angka yang mencerminkan ukuran langsung dari beberapa obyek atau atribut. Obyek atribut ini adalah obyek-obyek intrinsic dari suatu ukuran tidak langsung.
Biaya unit produksi yang didapatkan melalui total biaya produksi dibagi dengan volume produksi adalah ukuran tidak langsung atau sekunder. Kebanyakan ukuran yang digunakan dalam akuntansi adalah ukuran tidak langsung yang dihasilkan dari beberapa transformasi. Tingkat transformasi itulah yang memberikan perbedaan antara apa yang dianggap sebagai ukuran langsung atau tidak langsung da sekaligus menentukan sumber dari keslahan dalam pengukuran. Jadi, kesalahan ukuran akan dapat terjadi baik dalam :
(a). kuantifikasi utama awal, dan
(b). dalam proses transformasi
2. Berkaitan dengan dimensi waktu keputusan :
a. ukuran masa lalu
b. ukuran masa sekarang
c. ukuran masa depan
Secara berurutan merujuk ukuran bagi suatu peristiwa di masa yang akan datang.
3. Untuk menentukan apakah obyek akuntansi atau atribut pengukurannya berada di kejadian masa lampau, masa kini atau masa depan. Jika dilihat secara relative terhadap waktu ketika ukuran itu dibuat, ukuran akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai suatu ukuran retrospektif, ukuran kontemporer atau ukuran prospktif. Hal ini memungkinkannya untuk memiliki :
a. Tiga jenis ukuran masa lampau : ukuran masa lampau retrospektif, ukuran masa lampau kontemporer, dan ukuran masa lampau prospektif.
b. Dua jenis ukuran masa kini : ukuran masa kini kontemporer dan ukuran masa kini prospektif.
c. Seluruh ukuran masa depan menjadi ukuran prospektif.
4. Pengukuran dapat berupa :
a. Pengukuran fundamental di mana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat sesuai dengan referensinya terhadap hukum alam dan tidak bergantung kepada pengukuran dari variable-variabel yang lain.
b. Pengukuran turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas dan bergantung kepada adanya suatu teori empiris yang telah diverifikasi yang menghubungkan suatu sifat tertentu dengan sifat yang lain.
5. Pengukuran dapat dilakukan :
a. Ketika teori-teori empiris yang telah dikonfirmasi mungkin dapat digunakan untuk mendukung keberadaan mereka.
b. Dibuat melalui suatu keputusan resmi, yang didasarkan pada definisi yang arbitrer.
Kebanyakan pengukuran dalam akuntansi adalah pengukuran melalui keputusan resmi, meskipun suatu pendekatan ilmiah terhadap penyusunan teori akuntansi dan verifikasinya mencoba untuk memberikan pengujian empiris yang dibutuhkan dan karenanya mengurangi dan bahkan menghilangkan sebagian kearbiteran (arbitrariness) dalam definisi dan pengukuran konsep-konsep akuntansi. Mattessich menyatakan :
[pengukuran melaluikeputusan resmi] adalah hal yang paling tidak diinginkan karena sangat bergantung pada intuisi dari si pelaku percobaan dan sering kali menawarkan jumlah kemungkinan atau alternatif definisional yang terlalu besar. Kita mungkin dapat mengukur nialai dari suatu aktiva dengan menggunakan harga pembeliannya (dasar biaya historis), dengan diskonto pendapatan bersih yang diharapkan, dengan potensial hasil yang diperoleh pada saat likuidasi atau banyak variasi dan konfirmasi lainnya. Saat ini tidak ada kemungkinan untuk menduga nilai-nilai akuntansi melalui “hukum alam” (yaitu, seperti melalui pengukuran fundamental) ataupun pengukuran turunan.
C. KONSTRUKSI TEORI AKUNTANSI
Akuntansi sebagai seni maupun sebagai aktivitas jasa dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan teknik yang dianggap bermanfat untuk suatu bidang tertentu. The Handbook of Accounting mengidentifikasi berbagai bidang yang memanfaatkan akuntansi yaitu: laporan keuangan, penentuan dan perencanaan pajak, audit independent, system-sistem pemrosesan data dan informasi, akuntansi biaya dan manajemen, akuntansi pendapatan nasional, dan konsultasi manajemen.
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Beberapa pandangan tersebut antara lain:
1. Akuntansi Sebagai Sebuah Ideologi
Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologis-sebagai sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan social, ekonomi, dan politik saat ini. Akuntansi juga dipandang sebagai mitos, symbol, dan kegiatan ritual yang mengizinkan penciptaan suatu tatanan simbolis yang di dalamnya agen-agen social dapat saling berinteraksi. Kedua pandangan ini mewujud dalam pandangan umum bahwa akuntansi juga instrumen rasionalisasi ekonomi dan alat system kapitalisme (Weber).
2. Akuntansi Sebagai Sebuah Bahasa
Pengakuan akuntansi sebagai bahasa yang didasarkan pada identifikasi adanya dua komponen:
a. Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yang mengandung arti atau kata-kata yang dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa
b. Tata Bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap bahasa. Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yang digunakan dan diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis.
3. Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa Yang Lalu
Akuntansi dipandang sebagai sebuah cara penyajian sejarah perusahaan data transaksi yang dilakukannya dengan pihak lain. Catatan akuntansi menyediakan pertanggungjawaban manajer atas sumber-sumber daya yang disediakan pemilik. Pengukuran konsep tanggungjawab telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Periode pure custodial dan traditional custodial mengacu pada kepentingan agen mengembalikan sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal yang menetapkan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi pemeliharaan. Periode asset-utilization mengacu pada kepentingan agen untuk menetapkan inisiatif pemakaian asset secara mendalam agar sesuai dengan rencana yang telah disepakati. Periode open-ended mengacu pada kemungkinan agen merencanakan aliran pemanfaatan asset.
4. Akuntansi Sebagai Realita Ekonomi Saat Ini
Argumen yang mendasarinya adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba-rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas ekonomi daripada kos histories.
5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akuntansi sebagai proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal). Pandangan ini memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris, (1) pandangan ini mengasumsikan bahwa system akuntansi merupakan satu-satunya system pengukuran formal dalam organisasi, (2) pandangan ini memunculkan kemungkinan desain system akuntansi yang optimal yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat.
6. Akuntansi Sebagai Sebagai Komoditas
Sebagai sebuah komoditas umum, akuntansi menjadi dasar ideal untuk pengaturan yang berdampak terhadap kebijakan umum dan memantau seluruh bentuk perjanjian antarorganisasi dengan lingkungannya.
D. APLIKASI PENDEKATAN ILMIAH DALAM AKUNTANSI
Pembentukan suatu kerangka teori akuntansi dapat didekati melalui pendekatan induktif dan deduktif. Littleton dalam pendekatan induktif menyarankan suatu kerangka yang dapat dipergunakan untuk mengubah rule of action menjadi accounting principles. Dalam pendekatan deduktif, kerangka penalaran logis harus cukup formal untuk memungkinkan diperolehnya kesepakatan tentang metode argumentatif yang dipergunakan. Selain pendekatan itu terdapat pendekatan normatif dan deskriptif.
Pendekatan dan metode apa pun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi (deduktif atau induktif, normatif atau deskriptif), struktur teori akuntansi terdiri dari pernyataan tujuan laporan keuangan, pernyataan postulat dan konsep teoretis akuntansi, pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep teoretis, dan batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.
Belkaoui, Moonitz, dan Hendriksen masing-masing telah mengemukakan pendapat tentang elemen teori akuntansi dan postulat yang sekarang menjadi acuan para teoretisi maupun praktisi akuntansi.
Pendekatan tradisional untuk menyusun teori akuntansi antara lain:
1. Pendekatan Non-teoritis, berupa pendekatan pragmatis dan pendekatan otoriter. Pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis. Pendekatan otoriter dalam penyusunan teori akuntansi yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi.
2. Pendekatan Teoritis
a. Deduktif
Pendekatan ini dimulai dengan asumsi atau dalil dasar akuntansi dan konklusi logis yang diperoleh dari sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan petunjuk dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik akuntansi selanjutnya. Pendekatan ini bergerak dari kondisi yang bersifat umum (asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi) ke kondisi spesifik (pertama, prinsip-prinsip akuntansi dan kedua teknik-teknik akuntansi).
b. Induktif
Pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh rumusan, gagasan, serta prinsip-prinsip akuntansi dan pengamatan tersebut dengan menggunakan dasar hubungan yang terjadi secara berulang. Argumentansi induktif dikatakan membawa keterangan-keterangan yang bersifat khusus (informasi yang menggambarkan hubungan berulang-ulang) ke suatu bentuk yang bersifat umum (dalil-dalil dan prinsip-prinsip akuntansi).
c. Etis
Bagian utama pendekatan etis terdiri dari konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice), keseimbangan (equity), dan kebenaran (truth). Justice sebagai perlakuan yang seimbang terhadap seluruh pihak yang berkepentingan, truth sebagai pelaporan keuangan yang akurat dan benar tanpa adanya kesalahan interpretasi, dan fairness sebagai penyajian yang wajar, tidak bias, dan tidak memihak.
d. Sosiologis
Pendekatan ini menekankan pada akibat-akibat social yang ditimbulkan teknik-teknik akuntansi yang merupakan perluasan konsep kewajaran yang dinamakan social welfare (kesejahteraan social). Pendekatan ini mengasumsikan adanya nilai-nilai social yang mapan yang dapat digunakan sebagai criteria dalam penyusunan teori akuntansi.
e. Ekonomis
Pendekatan ini menekankan pada pengendalian perilaku indicator-indikator ekonomi makro, yang diakibatkan oleh berbagai praktek akuntansi. Criteria umum yang digunakan dalam pendekatan ekonomi makro adalah (1) kebijakan dan teknik akuntansi yang digunakan harus menyajikan realitas ekonomi dan (2) pemilihan teknik-teknik akuntansi harus bergantung pada konsekuensi ekonomik.
f. Ekletif
Pendekatan ini merupakan suatu hasil utama berbagai upaya individu dan profesi maupun organisasi pemerintahan dalam partisipasinya untuk menetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam akuntansi.
3. Pendekatan berdasarkan tujuan
a. Teori Normatif
Teori normatif berusaha menjelaskan bagaimana seharusnya akuntansi dipraktikan.Misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnyadidasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Teori normatif pada tahun 1950 dan 1960an berkonsentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya (true income) selamasatu periode akuntansi atau pada diskusi tentang informasi dalam pengambilankeputusan (decision usefulness).Teoritisi true income berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik danbenar untuk aktiva dan laba.Pendekatan decision-usefulness menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalahuntuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang
relevan dan bermanfaat.
b. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)
Aliran positif didasarkan pada anggapan bahwa kekuasaan dan politik merupakansesuatu yang tetap dan system social dalam organisasi merupakan fenomena empiriskonkrit dan bebas nilai atau tak tergantung pada manajer dan karyawan yang bekerjadalam organisasi tersebut.
Pendekatan positif atau empiric berkaitan dengan usahamenguji atau menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman ataufakta melalui pendekatan dengan cara mensurvei pendapat analisis keuangan, manajer bank atau akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu. Pendekatan lain yang dapatdigunakan adalah dengan menguji arti penting output akuntansi di pasar.

Sabtu, 14 April 2012

Perencanaan dan Kegiatan audit internal

Perencanaan audit harus disusun dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi organisasi yang akan diauditnya. Dalam hal ini, auditor internal harus memanfaatkan output dari hasil penilaian risiko dalam perancangan program audit. Oleh karena itu, auditor perlu memahami proses berikut alat yang digunakan dalam penilaian risiko tersebut. Yang dimaksud dengan penilaian risiko adalah kegiatan identifikasi dan analisis terhadap risiko yang relevan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi sebagai dasar untuk menentukan cara pengelolaan risiko tersebut. 
Auditor internal berkepentingan untuk menilai pengendalian yang ada pada aktivitas/operasional organisasi, sehingga bila risiko teridentifikasi, maka auditor dapat menentukan prosedur pengendalian yang seharusnya ada untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai, dan bila risiko tersebut tidak tertangani dengan baik, maka auditor dapat menentukan rekomendasi yang tepat bagi manajemen untuk memperbaiki pengendalian/operasionalnya. Lebih spesifik, dalam konteks audit keuangan, penilaian risiko berguna untuk menentukan risiko audit yang terdiri atas risiko inheren/bawaan, risiko pengendalian, dan risiko pendeteksian. Sebelum melaksanakan pekerjaan audit, terlebih dahulu auditor internal harus menyusun rencana audit secara sistematis. Rencana audit tersebut berfungsi sebagai :
1)      Pedoman pelaksanaan audit
2)      Dasar untuk menyusun anggaran
3)      Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen
4)      Alat untuk menetapkan standar
5)      Alat pengendalian
6)      Bahan pertimbangan bagi akuntan publik yang diberi penugasan oleh perusahaan.
bahan lain dari Brink's Modern internal audit bisa didownload disini
 Kalau sudah terbuka di tab baru, tunggu sampai ada tulisan "SKIP AD" di sebelah kanan atas trus klik tulisanx n sudah bisa didownload pake' ziddu....
 

Accounting Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare